Wah, maaf ya ceritanya lompat sana sini, beginilah kalau hobinya makan dan jalan lalu foto tapi mau mengetik cerita perjalanannya kok ya mager. Padahal perjalanan ke Medan ini sudah berlalu hampir setengah tahun. Jadi saya mencoba mengingat-ingat yang masih ada dokumen tercatatnya serta foto-foto.
Selama di Medan saya tinggal di rumah keluarga mama yang sebenarnya sih lokasinya itu amat sangat di tengah kota. Yang memungkinkan saya untuk dekat kemana-mana dengan ngojek. Yang jadi masalah adalah alamatnya tidak tertera di Google Maps. Sementara kalau mau pesan barang via olshop atau makanan harus: TITIKNYA SUDAH SESUAI YA BU. Nah, ini boro-boro titik, alamatnya saja tidak ada di Google Maps.
Kalau hanya untuk mau memanggil taksi atau ojol, saya hanya perlu menggunakan toko atau kedai sekitar sebagai TITIK JEMPUT. Yang ribet kalau mau pesan makanan. Jadi saya pun menambahkan keterangan; walau awalnya rada pesimis, ini bakal dibaca atau tidak ya?
TAPI, 3 minggu di Medan mematahkan kesangsian saya karena driver ojek di Medan (setidaknya yang layanannya saya gunakan) ternyata rajin membaca keterangan yang ditambahkan. Kebanyakan tidak pernah nyasar, dan kalaupun awalnya mereka sampai nyasar, selalu ketemu. Saya bahkan pernah memperhatikan dari jauh, seorang bapak driver sampai berhenti dulu dan membaca berulang petunjuk tambahan untuk pengantaran barang ke alamat saya di Medan. Dan selama itu pula, tidak pernah ada yang sampai chat apalagi menelpon dan bilang: saya sudah sampai, ibu di mana? Jadi, saya beneran salut sama driver ojol di Medan deh.