Gile, filmnya vulgar banget... begitu komentar mama saya setelah nonton bareng film ini...
Sebelumnya, saya merasa perlu menjelaskan pada beliau bahwa yeah, film ini diangkat dari novel yang bisa dibilang kategori chic lit dan yang pertama yang sukses besar. Film ini juga yang mendorong saya mulai membuat blog, berharap dari cerita konyol keseharian bisa suatu hari dibukukan. Kenyataannya sih, tentu saja gatot but anyway, saya tetap penggemar karakter fiksi Bridget Jones karangan penulis Helen Fielding. Kenapa cerita Bridget Jones's Diary berkesan banget?
Yup, karena film ini nongol disaat saya juga tengah menjelang usia 30 tahun, single alias gak punya pacar dan bingung sebenarnya ada karir apa enggak sih? Kalau sampai tidak menikah karena karir bagus setidaknya orang bisa bilang, aish dia terlalu ambisius. Lah, kerja juga gak jadi apa-apa terus gak punya pacar juga apa gak ngenes? Dan kalau dipikir-pikir, kok namanya pas ya... JONES... JOMLO NGENES... Belum lagi dikelilingi oleh teman-teman yang sudah menikah dan punya anak yang sepertinya langsung tahu apa yang terbaik bagi orang lain yang melajang. SMUG MARRIED COUPLE, istilahnya si Bridget. Yang saya suka bagian ketika ia diam-diam menggerutu kenapa sih para pasangan yang sudah married suka banget nanya,"Sooo, how's your love life?" sementara ya elo kan udah tau dia jones? Bayangkan kalau dia sampai bertanya,"Kalian sendiri apa kabar? Masih having sex?" tapi tentu saja dia tidak segila itu. Dan karena tokoh Bridget ini memang ya rada-rada blo'on (bukan blo'on lagi, tapi benar-benar berantakan), sepanjang film ia sering ketemu apes karena terlalu ceplas ceplos tanpa berpikir panjang. Cuman ya namanya juga chic-lit, di akhir film ia mendapatkan pasangan untuk dirinya yaitu Mark Darcy.