Dua malam di Semarang memang tidak cukup buat wisata, apalagi bawa oleh-oleh untuk di rumah. Tapi kalau yang terakhir ini, lebih dikarenakan kami belum langsung pulang. Melainkan masih melanjutkan perjalanan ke kota lain. Sehingga daripada beli oleh-oleh yang harus dimasak atau malah punya masa kadaluarsa, akhirnya kami tidak beli apa-apa. Saya hanya punya waktu sedikit untuk jalan-jalan dan dua tempat terakhir pun akhirnya dikunjungi.
 |
| Pintu masuk Toko Oen Semarang |
Sudah lama ingin banget ke sini sejak nonton film Ave Maryam beberapa tahun lalu. Beberapa temen memberikan mix review, jadi ada yang suka suasananya, ada yang gak berkenan sama pelayanannya. Lalu dengar-dengar lagi, restoran ini sempat tutup untuk renovasi. Tapi, untunglah pas kami sampai di Semarang dan kelar proses check-in di hotel Kotta, restorannya buka untuk umum. Lega, karena sudah keburu kecewa dengan ditutupnya gereja Blenduk yang tengah menjalani proses revitalisasi.
Wah, maaf ya ceritanya lompat sana sini, beginilah kalau hobinya makan dan jalan lalu foto tapi mau mengetik cerita perjalanannya kok ya mager. Padahal perjalanan ke Medan ini sudah berlalu hampir setengah tahun. Jadi saya mencoba mengingat-ingat yang masih ada dokumen tercatatnya serta foto-foto.
Selama di Medan saya tinggal di rumah keluarga mama yang sebenarnya sih lokasinya itu amat sangat di tengah kota. Yang memungkinkan saya untuk dekat kemana-mana dengan ngojek. Yang jadi masalah adalah alamatnya tidak tertera di Google Maps. Sementara kalau mau pesan barang via olshop atau makanan harus: TITIKNYA SUDAH SESUAI YA BU. Nah, ini boro-boro titik, alamatnya saja tidak ada di Google Maps.
Kalau hanya untuk mau memanggil taksi atau ojol, saya hanya perlu menggunakan toko atau kedai sekitar sebagai TITIK JEMPUT. Yang ribet kalau mau pesan makanan. Jadi saya pun menambahkan keterangan; walau awalnya rada pesimis, ini bakal dibaca atau tidak ya?
TAPI, 3 minggu di Medan mematahkan kesangsian saya karena driver ojek di Medan (setidaknya yang layanannya saya gunakan) ternyata rajin membaca keterangan yang ditambahkan. Kebanyakan tidak pernah nyasar, dan kalaupun awalnya mereka sampai nyasar, selalu ketemu. Saya bahkan pernah memperhatikan dari jauh, seorang bapak driver sampai berhenti dulu dan membaca berulang petunjuk tambahan untuk pengantaran barang ke alamat saya di Medan. Dan selama itu pula, tidak pernah ada yang sampai chat apalagi menelpon dan bilang: saya sudah sampai, ibu di mana? Jadi, saya beneran salut sama driver ojol di Medan deh.
 |
| pemandangan alam Sumatera Utara |
Bisa dibilang, saya termasuk yang suka makan daging babi tapiii, bukan pecinta berat. Sementara, mama saya sangat suka makan olahan daging babi. Apalagi makanan babi khas Manado (almarhum papa saya nih sukunya Manado sementara mama saya Batak) dan jelas masakan khas Sumatera Utara. Hanya saja, mengingat usia dan sakitnya yang borongan, maunya saya duh agak menahan diri sedikit begitu loh. Perkara makan babi ini jadi salah satu sumber keributan kami sepanjang perjalanan.
Ketika kami dalam perjalanan ke Tarutung, mama saya langsung berpesan sama si pengemudi untuk mampir mencari rumah makan khas Batak demi babi (lagi). Dan ini terjadi ketika kami sampai di Pematang Siantar, yang padahal punya segudang makanan lain yang kepingin saya coba. Tapi akhirnya kami sampai juga di tempat rumah makan khas Batak.
 |
| Jl. Raya Lintas Utama Sumatera, Dolok Marlawan, Kec. Jorlang Hataran, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara 21151 |
Iya, saya sebenarnya sensitif sama kopi dan sebisa mungkin menghindar ngopi setelah lewat jam 12 siang. Tapi, tempat nongkrong paling enak dan cakep tempatnya untuk membuat postingan media sosial ya lebih banyak di kedai kopi.
Jadi ceritanya, saya menemani ibu dan tante saya yang sudah sepuh berkunjung ke kerabat kami di Tarutung, Sumatera Utara. Namanya menginap di rumah kerabat, saya gak enak untuk sering-sering minta diantar kesana kemari. Asal tahu saja, di Tarutung belum ada layanan ojek online. Ada sih kendaraan umum, macam mikrolet yang ada di Jakarta. Tapi saya saja yang kurang pede buat menggunakannya sendiri. Bukan karena khawatir kena todong atau alasan keamanan ya. JUJUR, saya lebih merasa aman di area Tarutung daripada di Medan. Kalau saya nebeng keponakan minta tolong diantar ke minimarket dan saya pegang handphone untuk merekam, ya aman-aman saja.
Jadi akhirnya apakah saya mendapatkan tempat ngopi demi konten? DAPAT DONG!
 |
| Jalan Multatuli Medan |
Awalnya saya dan mama berkunjung ke Starbucks di sini karena melihat jarak yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal keluarga. Tempatnya memang biasa saja tapi pelayanannya ramah banget termasuk membantu ibu saya masuk ke area indoor. Ketika kami hendak pulang dan tengah menunggu kendaraan, saya berjalan keluar dan baru ngeh sama daerah sekitar. Wah, ternyata banyak tempat nongkrong lainnya dan juga restoran sampai toko yang menjual produk lokal. Sekali lagi, saya memutuskan untuk jalan-jalan sendiri ke sini nantinya.
Wah, sudah lama tidak ke Medan ternyata ada banyak tempat menarik untuk didatangi baik dari segi sejarah dan juga makan-makan pastinya (ini mah dari dulu sudah tahu deh).
Berikut tempat-tempat yang sempat disinggahi sekitaran jalan Multatuli beserta link penampakannya dan juga detail peta ya:
 |
| Fred Brew and Coffee House Medan |
 |
Yes, let's go back in time right here in Jakarta. And since, eating is my hobby then the theme for time traveling now is pastry and dessert. Though there are many old bakery shops or restaurants even supermarket here in Jakarta, I have little knowledge about them. I only visited one with my mom but that was ages ago. So, last week I visited two of them.
The first one is : MAISON WEINER
Sebenarnya ini bukan kali pertama saya ke Cipete sih. Beberapa waktu pernah juga jalan-jalan sama teman karena penasaran dengan salah satu lokasi. Yang kedua ada undangan dari salah satu kedai kopi. Berikutnya, saya punya voucher yang bisa digunakan di beberapa lokasi dan salah satunya ada di Cipete. Jadi, biasanya saya akan browsing dulu:
 |
| Kamar no 927 Ibis Pajajaran |
Sedang ingin staycation tapi kepingin di area lain, dan akhirnya kepikiran ke Bogor. Kok gak sekalian ke Bandung lagi? MAUNYA SIIIHH... Tapi sedang susah cuti, jadi cari yang wilayah JaBoDeTaBek sajalah. Begitu mikirnya... Karena saya membawa orangtua, naik KRL adalah hal yang tidak mungkin. KRL lintas Jabodetabek bukan sarana transportasi yang ramah bagi manula dan difabel. Apalagi stasiun Manggarai, yes? Akhirnya kami sewa Grab dengan minimal sewa untuk 3 jam. Saya pikir, bisalah 1 jam sampai ke Bogor setelah itu mampir ke tempat makan sebelum ke penginapan.
SALAH.
Ketika kami cek di map, wadaw ada terlihat warna merah sekitaran jalan setelah keluar dari tol. Tapi ya mau bagaimana, salah saya juga tidak mencari tahu lebih jauh. Saya mengira, macet di Bogor karena banyak wisatawan lokal termasuk saya yang berkunjung ke sana. Ternyata sedang ada pembangunan flyover. Jadi, begitu keluar dari tol Jagorawi, kami diarahkan dulu untuk belok kiri, untuk putar balik agar dapat menuju jalan Pajajaran.
Iya, saya memilih untuk mencari penginapan di situs ACCOR & akan menginap di Hotel Ibis Styles Pajajaran. Kalau biasanya saya maunya gak usah pakai sarapan, tapi kali ini saya memutuskan untuk sarapan di hotel saja deh, biar gak ribet.
Siapa yang kalau ke kedai kopi tapi pesennya teh? Ya, saya salah satunya yang demikian karena terlalu sensitif sama kopi. Bukan karena asam lambung atau sejenisnya, tapi minum kopi membuat saya tidak bisa tidur. Padahal banyak teman-teman saya yang mau minum kopi jam berapapun, tetap saja mereka bisa tidur nyenyak. Jadi, ceritanya saya mulai deh belajar bahwa teh ternyata juga mempunyai banyak ragam.
Kebetulan, beberapa waktu lalu dapat giveaway dari Jiwanta Tea. Saya tertarik untuk mengikuti giveaway karena penasaran dengan teh mereka. Jiwanta ini mengusung konsep artisan tea local premium dengan harga yang terjangkau bagi peminatnya. Teh yang ada dalam paket Jiwanta memiliki standar yang tinggi yaitu kelas 1-3. Standar ini biasanya sering diekspor oleh perkebunan teh, selain itu kualitasnya biasanya hanya dipasarkan secara lokal. Harapan Jiwanta adalah memperkenalkan teh premium Indonesia kepada seluruh masyarakat Indonesia. Penasaran? Kenalan dulu yuk.
 |
| Salad garden Tribe Eatery |
 |
| Kikugawa - Cikini |
Horee, akhirnya kesampaian juga makan di restoran Jepang tertua yang buka di tahun 1969, bareng teman blogger. Bagi yang hobi traveling pasti sudah sering baca nih blog dari none others than Fanny :) Yes, setelah lama saling memberikan komentar di blog, saling follow di akun media sosial, akhirnya janjian ketemuannya terwujud juga. Dan macam kebetulan banget ketika makan di sana, kami membaca pengumuman kalau restoran ini bakal pindah ke lokasi baru. Ya memang, gak jauh juga sih dari yang lama ke Jl. Cikini IV no. 20.
 |
| Tebu hotel - Bandung |
Oh dear, it's been more than half year but I haven't finish my blog post on my trip to Bandung *sighed* Okay this time, I would like to give quick review about the three stars hotel there.
First of all, when my friend and I were planning to go to Bandung, we decided that we need to be honest to each other. Here goes, our consideration before finally choose the hotel:
- I don't have the luxury like unlimited BUDGET. I told my friend about that. I gave her the specific range, how much I would like to spend for the accomodation.
Why is this important? When your friend has unlimited budget or the other way around (in short, just as limited as mine), then your friend will know what to expect. Staying in a 5 stars hotel or probably guest house, everything should be discussed together.
 |
| Bellamie Boulangerie Bandung |
Cafe hopping in Bandung was definitely on our list during our short staycation in Bandung. Here are the list so far that I manage to write down in this blog:
And now, we finally visit the Instagramable coffee shop and restaurant at Merindu. Merindu in English is miss. Maybe their wish that all visitors will miss going back to this canteen and coffee. .
Well, that sort of true for me and my friend. We visited here last November 2021 and love the ambiance there. Early in the morning, we visited Tjimanoek 43 and for the second stop, we decided this would be the one. This canteen is on one location with The House Tour Hotel - DOWNTOWN, and we were sort of thinking should we stay here or not? But, we chose other but located not far from jalan Riau; which is the main tourist attraction all there. I will tell you about the hotel later.
This hotel and canteen is a bit hidden from the main street. They don't have many spacious area, so this is probably going to be a problem if you bring your own car. All rooms seems located at second floor. The kitchen also located on second floor along with indoor and outdoor and semi outdoor area for dine in.
 |
| Pastry at Kumari Bake and Brew |
This pastry shop was actually the very place that my friend wish to visit on our arrival in Bandung. Unfortunately for us, at that time they closed due to stock checking and internal control. They informed my friend that the shop would be opened around noon. DARN... In the end, we both decided that we would visit before going home to Jakarta. The location is not too far from the travel car anyway. And we did just that and really regretted that this was our final destination.
Here are the list that I have posted :
 |
| Tjimanoek 43 |
Others coffee and eateries are:
 |
| Two Cents - second floor |
When my friend suggested to cafe hopping here, I was a bit indecisive. I have been there two years ago, so I would rather visit other coffee shop or restaurant. HOWEVER, when I check out their Instagram account...immediately I changed my mind. They have moved to another location and looks awesome. With old house and big tree in front of their coffee shop, that would be awesome place to visit. Okay, not going to lie, for taking photos too... assuming I still have energy left.
The others are :
KIN+.
Ria Tumimomor has been to: France, Germany, Indonesia, Italy, Netherlands, Singapore, South Korea, Switzerland.
Get your own travel map from Matador Network.
