Pak Anang Pay-As-You-Wish Photographer
Yang Lainnya dari Solo
Kalau ditanya, mengapa kami tidak mengunjungi tempat-tempat iconic selama di Solo, karena kesulitan seperti kurang ramah untuk pengguna kursi roda dan juga dalam mencari restroom. Seriously, hal-hal yang tidak pernah jadi masalah kalau sedang berpergian sendiri mendadak jadi harus diperhatikan.
Karenanya selama di Solo, kami lebih banyak jalan-jalan saja sambil ngobrol sama pengemudinya. Antara lain kami mampir ke
Starbucks Slamet Riyadi
Lokasinya :
Kami tertarik ke sini karena selain berdiri di gedung yang terlihat antik dan punya vintage vibes banget, alasan lainnya karena Starbucks yang berdiri di gedung sendiri, maka akan ada restroom yang bisa digunakan oleh ibu saya.
Selebihnya? Jelas buat foto-foto OOTD dong, juga cari aman karena sudah tahu lah mau pesan apa dan memang tempatnya juga nyaman untuk ngobrol.
Smoking area |
Di sini tidak ada area outdoor (dan mengingat saat ke sana Solo juga tengah panas banget, ya kali ada yang mau duduk di luar). Ada area semi outdoor bagi yang ingin ngadem dan bisa merokok. Disediakan juga area khusus bagi driver ojol yang terima orderan.
COLD AND BREW
Karena tempat ini tidak terlalu jauh dari stasiun Solo Balapan, kami mampir sejenak. Tepatnya saya saja yang masuk, beli iced chocolate dan langsung keluar lagi.
Tempatnya estetik sih, ada sofa yang bisa buat bersantai jika membawa anak kecil. Ada area semi outdoor di atas, tapi sebaiknya jangan membawa anak-anak karena tangganya agak curam. Saya tidak membawa ibu masuk karena harus melewati beberapa anak tangga dan jangan tanya juga di mana restroom-nya.
SLOW TRAVELING
Setelah melakukan beberapa kali perjalanan dengan ibu saya, jadi sadar bahwa memang kami sebaiknya menikmati perjalanannya, grasak grusuknya naik dan turun kereta yang pas tidak ramah bagi lansia. Bikin rencana mau kemana aja tentu akan lebih baik, kita bisa survey dulu tempatnya bagaimana. Walau sayangnya, beberapa tempat yang saya ingin datangin, kurang informatif mengenai akses kursi roda, restroom di mana dan bagaimana.
Kadang dibawa nekat, kalau pas tempatnya ok ya masuk. Kalau ternyata gak okay, ya cari tempat berikutnya. Khusus untuk hotel, mencari informasinya lebih detail, seperti ada lift atau tidak, kamar mandinya easy access atau tidak, and so on. Karena kalau untuk masuk ke hotel saja susah, ya alamat bakal deg-degan sepanjang nginep.
Intinya, dibawa santay saja deh.
Yang dengan amat sangat terpaksa gak disamperin antara lain adalah:
MUSEUM KERATON SURAKARTA
Kalau punya banyak waktu dan ingin tahu lebih banyak mengenai sejarah, seni dan tradisi di Solo maka jangan skip tempat yang ini ya. Wajib dengan pemandu, harga tiket masuk untuk dewasa: IDR 35K dan untuk anak-anak : IDR 25K.
Lokasi:
PASAR GEDE
Salah satu tempat yang juga terpaksa dilewatkan tapi seandainya di lain waktu bisa ke sini lagi, mungkin saya akan mampir buat beli oleh-oleh dan berburu kuliner.
Kayaknya lain kali harus mencari tempat menginap yang lokasinya beneran tidak terlalu jauh dari pasar ini.
Lokasi:
STASIUN SOLO BALAPAN
Yang terakhir ya tentu saja stasiun kereta tempat kami sampai dari Semarang dan akan ke sini lagi untuk berangkat ke Malang.
Stasiun Solo Balapan ternyata besar juga ya, dan ada rute untuk dalam kota juga yang lewat di sini. Ketika kami sampai di sini, langsung dibantu untuk mencari kendaraan menuju hotel. Jadi langsung tawar menawar saja, saya tidak memanggil taxol.
Kali ini, kami dibantu porter untuk langsung masuk dan menunggu dalam peron. Begitu kereta mulai masuk, ia segera membantu agar kami segera dapat naik. Ia yang mengatur agar saya yang membantu ibu naik ke kereta sementara dia yang mengangkut barang-barang termasuk kursi roda. Sudah tidak usah diragukan lagi deh, lebih baik sewa jasa porter jika jalan-jalan dengan lansia.
Karena perginya buru-buru, kami tidak sempat cek apakah ada restroom untuk pengguna kursi roda. Mestinya sih ada ya, menurut saya juga di sini peronnya lebih bersahabat dibandingan stasiun Tawang Semarang.
Lokasi:
Selamat tinggal Solo dan bersiap halo Malang di postingan berikutnya.
Sebagian tempat yang dibahas aku pernah datangi dan gara-gara tulisan ini aku jadi kangeeeen dan pengen balik ke Solo lagi. Dulu ngerasa kurang banyak waktu buat eksplor Pasar Gede, belum nemu jajanan yang biasa dibeli Pak Jokowi itu misalnya. Saat ke Keraton juga sebentar tapi ya lumayan bisa masuk ke area dalamnya bareng rombongan.
BalasHapusDulu ada penerbangan langsung dari Palembang ke Yogya/Semarang, sekarang gak ada lagi pasca pandemi. Hiks. Semoga deh ntar ada lagi biar kalau main ke Solo jauh lebih mudah.
Memang ada masanya ya mbak, kelak nanti kita akan menjalani slow living.. dan traveling pun jadi slow traveling. Aku malah dari sekarang pun sering mencoba hal yang serupa, sebisa mungkin menikmati perjalanannya tanpa harus stritch ke itinerarity yang sudah dibuat.
BalasHapusKarena seringkali, hal-hal menarik justru muncul dari hal-hal yang tidak kita rencanakan, jadi sebisa mungkin nikmati saja segala apapun yang dihadapi.
Duh kalo liat tulisan mbak Ria, aku tuh jadi kangen Ibuku juga. Sekarang mah masih strong mbak, muter sana sini. Kelak nanti ada waktunya dia lelah, mungkin aku yang akan nemenin dia jalan-jalan seperti mbak Ria.
Slow traveling ini tanpa itinerary kah mbak? aku pernah dulu alami tapi jadi berasa habis di waktu saking slownya hehehe,. barangkali emang semua ada masanya ya ,..bayanganku slow traveling ini hanya untuk menikmati segala sesuatu tanpa ekspektsi berlebih
BalasHapusBener sih, kalau membawa lansia atau anak balita tuh memang paling enak slow traveling dan bener-bener harus cari tau fasilitasnya supaya nyaman untuk mengajak mereka. Jadi gak bisa terlalu mengejar mau ke mana mana yaa.
BalasHapusPasar gede kayanya emang lebih enak sendiri atau sama temen ya mbak, soalnya agak riweuh, makanya memang gak disamperin karena kurang ramah kursi roda menurut aku. Baru banget akhir tahun lalu aku juga mampir ke pasar gede soalnya. Itu juga sudah sore, sehingga sudah agak sepi jadi kami bisa mampir sebentar makan dawetnya. Memang enak sih kulineran di sini. Semoga berikutnya bisa eksplor Pasar Gede ya mbaak kalau ke Solo lagi :D
Memang kalau bisa bawa lansia untuk traveling itu harus membuat nyaman lansia tesebut ya mbak. Saya juga pernah beberapa kali bawa ibu pergi ke luar kota, rasanya harus hati-hati jangan sampai beliau capek atau sakit kakinya.
BalasHapusSlow Traveling memang butuh banget keiklasan ya, terutama tidak bisa berkunjung ketempat-tempat yang tidak memungkinkan akses. Walau tempatnya memang terbilang baik dikunjungi.
BalasHapusBerulang membaca tulisanmu, traveling sama nyokap. Tiba-tiba tuh jadi punya keinginan untuk ngajak nyokap traveling. Terima kasih ya mba.
Menikmati traveling bareng keluarga memang asiknya gak gerabak-gerubuk ya. Pelan aja menjalaninya, karena pastinya akan ada momen manis yang dilalui bersama ketika berwisata
BalasHapusTulisan ini bisa jadi referensi kalau kelak saya mengajak orang tua traveling Kak. Sejauh ini belum pernah dan belum ada di posisi harus slow traveling. Setiap traveling harus cepat, harus padat harus gesit biar waktu yang ada bisa terbagi secara maksimal.
BalasHapusBenar juga kalau mengajak orang tua ritmenya tentu jauh lebih lambat. Artinya banyak hal harus dipersiapkan ulang, mulai dari pemilihan lokasi yang ramah lansia (apalagi kalau menggunakan wheelchair), makanan pun harus diperhatikan karena biasanya orang tua ada pantangan makanan tertentu. Ini jadi catatan banget buat aku sih Kak.
Tipa tahun mudik ke mertua di Solo tapi belum pernah mampir sekalipun ke Starbuck, padahal sepertinya bangunannya cukup nyentrik. Rencana besok kalau pulang lagi pengen bisa mampir ke pasar gede, kemaren cuma lewat dan banyak hiasan-hiasan natal jadi keliahatan bagus:)
Slow Travelling sesekali bisa dijalani juga nih sama aku. Sehingga saat bepergian ke suatu tempat bisa lebih nyaman menikmati momen. Apalagi mba mengajak mama saat travelling, kebayang sih harus beneran survey terkait destinasi uang akan disambangi supaya tetap nyaman dan enjoy.
BalasHapusLewat tulisan ini aku jadi kangen Solo mba. Terakhir kali esana bisa dibilang 10 tahun lalu.
Aku dulu ke Solo hanya mampir kraton & pasar gede aja, selebihnya di hotel wkwk... Sekarang mungkin Solo udah lebih berkembang dan banyak tempat-tempat tuk dikunjungi juga ya. Btw, semoga sehat-sehat mamanya mbak, kalo traveling bareng lansia utamanya yang dicari memang wajib kenyamanan. Slow but comfort.
BalasHapusAku yg bolak balik ke solo aja blm pernah ke keraton mba 🤣. Ntahlaah belum tertarik kalo tempat itu.
BalasHapusSkr ini akh juga lebih menikmati tiap traveling ga mau yg buru2, grasa grusu, malah capek yg ada.
THN ini kayaknya pengen ke solo deh. Aku mau mampirin beberapa kafe kopi yg cakep di sana , 😄 sekalian cobain naik KA. Kalo Raka mau 🤣. Biasanya dia lebih suka naik mobil Krn lebih murah kalo ber4
Sesuai pengalaman saya, memang berbeda solo traveling dengan traveling bersama keluarga temasuk orang tua. Slow travelig ini akan diterapkan. Santai menikmati tempat yang dituju, sehari paling hanya bisa 1-2 tempat. Terus itu memang penting sekali, cek fasilitas tempatnya apa bersahabat dengan orang tua dengan fasilitas mendukung.Tapi saya salut dengan Mama Mbak Ria yang semangat jalan jalan. Ibu saya sudah tak bisa pergi dekat saja capek hehehe.
BalasHapus