Blog berisi curhatan si lajang

Senin, 20 Januari 2025

Happy Very Late Merry Christmas 2024

Christmas tree at Gambir's station


Ya, super duper telat banget ucapan selamat hari Natal, dan mengingat saya masih punya hutang untuk menulis perjalanan bareng nyokap di bulan Agustus 2024 dan bakal bertambah lagi untuk perjalanan singkat di akhir tahun, mumet inih... But anyway, saya nge-blog yang agak personal dulu lah ya. 



POHON NATAL

Ketika almarhum papa masih ada, hobi kami berdua adalah menghias pohon Natal dan ribut mengenai asesorisnya. Mama saya sih sudah tidak mau ikut-ikutan, apalagi ketika dia mulai menurun kondisi kesehatannya. Tapi dia sepakat dengan almarhum papa kalau selera saya jelek untuk menghias pohon Natal. Ouch. 

Karena saya maunya semua ornamen itu dipajang di pohon. Sementara menurut orangtua saya, cukup sedikit saja, lalu dipasangin pita dan lampu kerlap kerlip. Mungkin juga mereka lebih berpikir praktisnya saat membongkar pohon Natal untuk disimpan kembali. Dan jujur ya, memasangnya sih semangat, tapi pas giliran mau simpen, tar sok tar sok, pernah rekor terpecahkan selama 3 bulan, baru saya simpan. Itupun karena pohon Natalnya diterjang kucing peliharaan, sehingga daripada rusak, ya mending buru-buru disimpan.

Sejak papa tidak ada, saya kehilangan semangat buat pasang pohon Natal. Tidak ada lagi teman buat ribut bareng soal ornamen mana yang mesti dipasang dan yang baiknya dibuang aja. Lagipula, toh memasang pohon Natal atau tidak, kami akan tetap merayakannya. Memasang pohon Natal lebih karena memang sudah tradisi, pohon Natal melambangkan harapan dan kehidupan kekal (karena tidak layu walau tengah musim dingin). 

Kami sempat tidak memasang hiasan Natal hingga beberapa tahun terakhir, saya memutuskan untuk membeli yang kecil saja. Dan bertahan hingga Desember 2024 kemarin. Ceritanya saya dan mama bertekad, tidak perlu lah membeli pohon Natal dan hiasan apapun, cukup sama yang sudah ada saja. 

Plot twist: awal bulan Januari kami ke mall dan berujung membeli pohon Natal lagi yang ternyata kecilnya sama saja dengan yang sebelumnya. Jadi, Natal 2025 ini kami bakal memasang dua pohon Natal. Yang Kecil. Catet ya sodara sodari (ngakak kalau mengingat wajah kami berdua ketika melihat pohonnya sama saja tingginya).




IBADAH MALAM NATAL

Teorinya mestinya sih, kami menghadiri ibadah malam Natal dan juga di hari Natal. Tapi biasanya, saya dan keluarga hanya datang di salah satu kegiatan ibadah. Dulu banget, sebelum pandemik, kami berdua masih berani datang di ibadah pada jam terakhir. Biar lebih sahdu ceritanya, dan pas keluar di saat tengah malam. Tapi sekarang, kami lebih memilih jam yang awal saja agar tidak terlalu malam ketika keluar dari gereja. 

Mengingat ibu saya juga sudah semakin sepuh (don't we all?) sehingga akan sulit baginya berlama-lama di gereja, sebenarnya saya agak deg-degan juga membawa beliau. Menjelang perayaan Natal, jemaat yang hadir lebih banyak dari biasanya. Sehingga, kami harus bersiap di dalam gereja setidaknya dua jam sebelum ibadah. Ibadahnya sendiri bisa berlangsung selama dua jam. Dan duduk selama itu lumayan melelahkan buat ibu saya. Tapi seperti yang ia bilang, Natal kan hanya setahun sekali jadi harus dikuat-kuatin. 




Yang kami sukai saat ibadah malam Natal adalah ketika lampu-lampu gereja dimatikan, kami menyanyikan Malam Kudus seraya menyalakan lilin yang harapannya tidak hanya menerangi saat ibadah tapi juga ke seluruh dunia. Memberikan pengharapan bagi kami yang percaya padaNya. Dan saat itu barulah lampu Natal dinyalakan, karena perayaan lahirnya juruselamat baru saja dimulai. 




BINGE WATCHING

Thanks to Netflix, yang punya beberapa film bertema Natal yang menurut saya bisa ditonton oleh umum karena temanya yang lebih tentang kebersamaan dengan keluarga dan kehebohan berlibur saat masa-masa libur. 

Saya buat daftar pendek dari film-film yang berkesan :



A Storm For Christmas

Ceritanya berpusat di bandara Oslo yang seharusnya sibuk dengan penerbangan, tapi malah sibuk dengan para penumpang yang terjebak di sana karena badai salju. Jadilah cerita-cerita tentang para calon penumpang dengan masalah mereka masing-masing. Ceritanya ringan, tapi mengena, mengenai keluarga, sahabat, keinginan, reuni dan cinta lokasi. 



Christmas as Usual

Konon berdasarkan kisah nyata, hubungan serius antara wanita Norwegia dan pria India. Kebayang gak sih benturan budayanya seperti apa? 

Film ini sendiri dapat kritikan lumayan pedas, seperti garing, membuat semangat Natal jadi hilang (karena ternyata keluarga si wanita hanya merayakan Natal sebagai tradisi dan bukan secara religius). Memang ada beberapa adegan yang kering sih, tapi menurut saya pribadi lumayan oke lah buat ditonton. 



Over Christmas

Bastian, seorang pemuda yang karir musiknya belum berhasil dan baru saja melewati audisi yang cukup memalukan dirinya, terpaksa pulang kampung untuk menghabiskan masa Natal. Eh, sudah jauh-jauh pulang, ia baru tahu kalau mantannya pacaran dengan saudaranya. Berusaha kelihatan tidak peduli, tapi ya mana bisa lah ya, dan rasa sakit hatinya ini yang bisa membuat kacau acara Natal di rumah. Dan belakangan, dia mengetahui rahasia yang disimpan kedua orangtuanya. 

Masa liburan ketika mudik, harapan yang terlalu tinggi dan rasa malu karena merasa tidak berhasil, ditambah situasi di rumah yang tidak menyenangkan yang akhirnya meledak sebelum pengertian dan saling memaafkan. Begitulah kurang lebih ceritanya. 



The Snow Sister

Kakak Julian baru saja meninggal, sehingga ia dan keluarganya tidak dalam mood yang baik untuk menyambut Natal. Hingga akhirnya ia bertemu dengan seorang remaja cewek yang merubah segalanya... Hmmm, yang ini mending tidak usah saya spill, nonton deh. Beneran recommended. 




Dash & Lily

Last but not least; romcom untuk young adult ini lumayan menghibur juga. Dan sebenarnya, ini lebih ke cerita romantis dengan suasana Natal saja. Dash yang baru saja putus dengan pacarnya, kesal dengan ayahnya yang lebih sibuk dengan pacarnya, tidak heran jadi sinis dengan suasana Natal. Hingga ia menemukan notes di dalam buku yang berada di suatu toko hingga akhirnya ia bertemu dengan Lily yang optimis, pemimpi dan ceria. Mereka akhirnya bagaimana? Cara bercerita film ini yang menarik untuk ditonton. 

3 komentar:

  1. kalau udah suasana natal di Gereja rasanya khidmat ya mbak
    aku liat dari siaran langsung di televisi ikut seneng juga
    plot twistnya ga disangka-sangka ya, waktu kita pergi beli pohon natal mungkin kita liatnya pohonnya kayak tinggi dari pohon yang sebelumnya, ehh ternyata tingginya sama aja dengan pohon sebelumnya. Gak papa mbak, pohon natalnya yang dipajang makin banyak dan sapa tau bisa ditaruh di tiap sudut rumah

    film natal bagus-bagus, apalagi waktu aku masih bocah dulu. Sekarang juga udah makin beragam terutama yang genrenya romcom, sayang banget aku kurang apdet nih. Akhirnya mba Ria kasih beberapa tontonan natal yang menarik

    BalasHapus
  2. Haha, jadi ngebayangin natal 2025 bakal menghias pohonnya sambil mengingat-ingat kelucuan saat membeli yang ukurannya ternyata sama, ihihi. Kalau aku ingetnya dulu tiap natal dan tahun baru, di TV bakal tayang film-film hits Hollywood yang kami gak bisa tonton di bioskop, sekarang bisa ditonton dari Netflix kalau kelewatan nonton di bioskop.

    BalasHapus
  3. Kalau saya waktu masih kecil dan tinggal di asrama tentara, saya justru suka menghias pohon natal, Mbak Ria. Waktu itu ada tetangga saya yang merayakan natal. Kalau dulu kan hiasannya simpel saja. Ada bola warna-warni, Terus ada boneka peri, dan bintang untuk ditaruh di atas. Kak baby selalu menyuruh saya memasang bintangnya. Tapi digendong hehehe.

    BalasHapus

Thank you for reading and comments.
Comments will be screened first.

Ria's Been Here

Ria Tumimomor’s Travel Map

Ria Tumimomor has been to: France, Germany, Indonesia, Italy, Netherlands, Singapore, South Korea, Switzerland.
Get your own travel map from Matador Network.