Kenang-kenangan Semarang

Dua malam di Semarang memang tidak cukup buat wisata, apalagi bawa oleh-oleh untuk di rumah. Tapi kalau yang terakhir ini, lebih dikarenakan kami belum langsung pulang. Melainkan masih melanjutkan perjalanan ke kota lain. Sehingga daripada beli oleh-oleh yang harus dimasak atau malah punya masa kadaluarsa, akhirnya kami tidak beli apa-apa.  Saya hanya punya waktu sedikit untuk jalan-jalan dan dua tempat terakhir pun akhirnya dikunjungi. 

Pesan online Wingko Babat

Ohya, ngomong-ngomong soal oleh-oleh, jadi pas lagi di Stasiun Tawang Semarang, ibu saya mupeng sama wingko babat dan jadilah ia beli untuk dimakan sepanjang perjalanan. Kebetulan bisa tahan selama 5 hari kata penjualnya. Tapi ketika kami sudah sampai di Jakarta dan dia masih kebayang-bayang, akhirnya saya pesan online saja.

Gandjelrel pesan online

Ohya, ada lagi yang saya pesan online, karena lucuk aja namanya : Gandjel Rel. Jadi ini sebenarnya cake jaman dulu, teksturnya padat. Jadi karena tebal, padat, bisa buat ganjelan di rel kereta, kali yaaaa. Tapi rasanya lumayan kok, gak terlalu manis, cuma memang padat aja kuenya. Mengingatkan saya sama roti gambang. 

LINDS 1986

Letaknya tidak terlalu jauh dari hotel tempat saya dan teman-teman menginap, tetapi... Nah, selalu ada tetapinya, kalau mau jalan kaki lumayan gempor sama kepanasan. Naik mobil, kok ya dekat banget, tapi terpaksa jugalah akhirnya manggil taksi karena kami sekalian check out.

Untungnya, sebelum ke sini saya cek dulu link yang ada di akun media sosial mereka dan ternyata disarankan reservasi. Saya cek kalender, wah tanggal 11 Agustus jatuh di hari Minggu. Kayaknya memang sebaiknya pesan tempat dulu. Apalagi saya baca, tempat ini termasuk yang legendaris di Semarang. Dan walau yang kami datangi bukan cabang yang pertama, tapi tetap bikin penasaran. 

Pas ke sini, baru sampai bagian depan saja sudah photofriendly banget. Tapi untuk parkir, butuh bantuan tukang parkir karena halamannya terbatas. Untuk bawa manula yang sudah susah jalan, seperti yang kalian tebak, ya lumayan susah juga. Untungnya restroom aman bagi ibu saya, tidak bikin ribet. 

Ketika kami sampai, wah, untung saja sudah reservasi tempat terlebih dahulu. Ternyata ramai banget, apalagi ketika kami sampai sudah waktunya makan siang. Jadi, walau tidak mendapat tempat yang cakep untuk foto-foto, gak bisa foto-foto juga di dalam, paling tidak kami masih kebagian area indoor. Percayalah, kalau kebagian area outdoor di tengah siang bolong, sebaiknya kalian duduk saja dulu di bagian depan. Bisa sakit kepala karena terpapar sinar matahari. 

Ketika pesan makanan, sempat terjadi masalah komunikasi. Saya akui memang salah juga sih tidak teliti. Saya pesan sup iga, kok datangnya iga bakar? Karena ibu saya sudah lapar, dan saya juga keasikan foto, kami tidak tanya lagi. 

Mendadak pesanan aslinya datang, namun karena makanan yang salah sudah masuk perut, kami tetap harus bayar. Saya sempat tidak mau bayar, tapi pikir punya pikir, ya sudahlah. Dari pihak restoran juga memberikan diskon 20% karena mereka tidak teliti juga. 

Karena restoran ini terkenal dengan es krimnya, maka saya pesan juga. Tapi mungkin karena kami sudah keburu bad mood akibat pesanan yang salah jadi rasanya kayak kurang nikmat aja. 

Lokasi:

Empress Coffee House

Tempat ngopi satu ini juga ngumpet dari jalan raya dan sederhana saja (agak heran kenapa namanya Empress jadi kebayang temanya istana-istana; iya imajinasi saya suka berlebihan). 

Apakah tempat ini ramah buat manula dan pengguna kursi roda? Sayangnya tidak sama sekali. Tempat nongkrongnya ada di lantai 2, jadi harus melewati anak tangga yang tidak sedikit. Padahal tempatnya lumayan juga suasananya, seperti kedai-kedai kopi tiam yang sekarang sedang menjamur. Kopi susu yang saya pesan juga rasanya pas, tidak terlalu creamy, ringan lah. Saya tidak pesan sarapan karena sudah makan sebelumnya di hotel.

Saya datang di pagi hari jadi bisa dibilang, sayalah yang pertama nongol. Di lantai dua ini sepertinya semi outdoor karena jendelanya terbuka. Saya tidak tahu deh seperti apa rasanya nongkrong di sini jika hari sudah siang, karena Semarang panasnya sama saja dengan Jakarta. 

Lokasi:

Postingan Tentang Jalan-Jalan Semarang dapat diintip di:

Semarang Kami Datang

Kotta Hotel Semarang

Spiegel

Pak Anang Pay-As-You-Wish Photographer

Pesona Kota Lama Semarang

Hotel REZ Semarang

Toko Oen Semarang