Terminal 3 CGK JKT |
Sudah lama tidak berpergian dengan pesawat, akhirnya menjelang Paskah lalu saya dan mama berangkat ke Medan. Kami berangkat dengan pesawat Garuda dan setelah membeli tiket, saya pun menghubungi CS untuk menanyakan, apakah bisa kami membawa kursi roda masuk ke kabin?
Jadi saya sampaikan kalau kami akan membawa kursi roda dan menurut CS yang saat itu saya hubungi, kursi roda tidak diperkenankan dibawa masuk ke dalam kabin. Dari pihak maskapai penerbangan menginformasikan kalau nanti mereka akan menyiapkan kursi roda. Jadi, saya sebaiknya memastikan telah mengemas kursi roda sendiri sedari rumah. Tidak masalah sih, karena memang setiap kursi roda kan ada pembungkusnya. CS juga memberi informasi, sehubungan dengan permintaan kursi roda maka saya harus check-in manual nanti saat di bandara.
Suasana di Terminal 3 |
Jadilah, pagi-pagi kami sudah berangkat dari rumah. Karena kami adalah team mendingan menunggu daripada ketinggalan pesawat, padahal pesawat baru berangkat sekitar jam 9 pagi, tapi sebelum jam 6 kami sudah ada di sana. Tadinya saya mau membujuk mama agar mau naik kereta saja ke bandara, tapi beliau menolak. Dan pikir punya pikir, kejutan adalah hal terakhir yang ingin kami lalui, apalagi kondisinya saya membawa mama dengan kursi roda, belum lagi koper. Saya berencana untuk wrapping koper dan kursi roda sekalian nanti di bandara.
Kursi roda yang sudah keburu terbungkus rapi |
Sesampainya di sana, ketika langit bahkan masih gelap tapi calon-calon penumpang sudah terlihat banyak di bandara. Kami berangkat ke Medan saat banyak yang bersiap kembali ke sana untuk p erayaan Cengbeng, Paskah dan mungkin lainnya tengah bersiap untuk Lebaran juga. Karena area Terminal 3 yang besar; maka saya masih menggunakan kursi roda sendiri dan menuju ke area counter Garuda untuk check in. Sebelumnya saya pun pergi ke jasa wrapping, dan ternya untuk wrapping kursi roda, kena biaya lebih sekitar Rp 130.000,- sementara koper hanya terkena biaya IDR 80.000,-
Lalu saya pun mendatangi counter check-in dan ada koper serta kursi roda yang sudah dibungkus rapi jali tersebut. Mereka menyatakan bahwa karena barang ini lebih besar dari yang biasanya, maka harus masuk lewat Oversized Baggage. Selanjutnya mereka bilang begini:
"Bu, sebenarnya ini bisa ibu gunakan selama di dalam bandara. Nanti menjelang mau masuk pesawat, akan ada petugas yang membantu ibu. Kursinya akan dibantu disimpankan. Jadi tidak usah dibungkus seperti ini."
JRENG...
"Tapi saya ingat banget CS kalian menginformasikan agar saya sudah memastikan kursi roda terkemas dengan baik dari rumah." saya berkeras juga.
Sepertinya ada miskomunikasi To be honest, saya gak masalah selama masih bisa pinjam kursi roda. Tapi yang bikin kesel, seharusnya saya tidak keluar uang untuk wrapping.
"Begini bu, kursi roda bisa kami pinjamkan, tapi jam berangkatnya ibu kan masih lama. Ibu mau kemana dulu?"
Oh, jadi karena jam keberangkatan masih lama, petugasnya belum bisa membantu mendorong kursi roda. Ya, make sense juga sih, dan karenanya saya jelaskan kalau mau sarapan dan kursi roda akan saya dorong sendiri. Okay, sudah lupakan saja yang miskomunikasi soal kursi roda. Yang penting, saya mendapatkan pinjaman; sesuai permintaan saya sedari awal setelah membeli tiket.
Over baggage counter |
NOTE: KALAU PERLU KURSI RODA, PASTIKAN REQUEST JAUH HARI. Jangan pas mau berangkat, hari itu juga baru pesan. Dikhawatirkan bisa tidak kebagian, karena sudah dipesan terlebih dahulu oleh penumpang lain. Kursi roda yang tersedia, jumlahnya terbatas.
Kursi roda, sudah didapatkan, saya diinformasikan kalau harus kembali ke counter check-in menjelang jam keberangkatan, sekitar 40 menit sebelumnya ya.
Sarapan dulu |
Jadilah kami ke kamar kecil dulu, lalu sarapan dan ngopi pagi dulu lah. Lalu sempat berjalan mengitari beberapa tempat makan lain sebelum akhirnya kami kembali mendekati counter check in. Tidak berapa lama, petugasnya pun datang, dan kami pun beranjak untuk masuk ke ruang tunggu.
TERPISAH
Kami bertiga mulai menuju ke area tunggu dan ada pemeriksaan barang bawaan. Petugasnya meminta boarding pass saya dan memberi informasi kalau dia akan membawa ibu saya ke tempat pemeriksaan lain. Hal ini dikarenakan ibu saya menggunakan kursi roda dan saya kan enggak. Ada barang bawaan pula, karenanya harus melewati pos pemeriksaan. Okay. Begitu saya selesai dengan barang bawaan dan berusaha mencari-cari, di mana petugasnya dan ibu saya? Kok gak terlihat?
Saya mengira, oh kan yang menggunakan kursi roda tidak banyak jumlahnya. Mungkin mereka sudah terlebih dahulu menuju area tunggu. Saya segera menuju gate untuk penerbangan tujuan Medan. Lho, kok mereka masih belum ada ya? Ketika berbalik arah, eh mereka berdua muncul dan rupanya juga tengah mencari saya. Saya mengira mereka sudah di dekat gate dan mereka mengira saya masih belum melewati pemeriksaan. Tapi yang penting akhirnya ketemu deh.
KURSI RODA
Di ruang tunggu kami berbincang dengan penumpang lain yang juga membawa kursi rodanya. Kursi roda mereka malah yang menggunakan batterai, jadi penggunanya bisa menjalankannya sendiri. Penggunanya masih bisa berjalan tapi terbatas, kurang lebih sama dengan mama saya. Jadi, kursinya sudah dapat kode bagasi namun tetap bisa dipergunakan hingga nanti bersiap memasuki pesawat. Nanti petugas maskapai penerbangan yang akan mengambil alih kursi roda tersebut. Kursi roda milik pribadi memang tidak bisa dibawa masuk ke dalam kabin, tapi boleh dipergunakan hingga mendekati pintu masuk pesawat. Dan tetap harus melaporkan terlebih dahulu pada CS setelah pembelian tiket.
Sepertinya, jika lain kali kami berpergian, saya harus memastikan benar-benar nih dengan CS mengenai prosedur yang satu ini.
Petugas dari Garuda tidak selalu bersama kami tentunya. Jadi karena masih ada waktu sebelum boarding ke pesawat, kami pun mengobrol bareng penupang lain. Masih sempat juga menuju ke restroom dan begitu selesai, eh si petugasnya sudah menunggu. Kebetulan, beberapa menit lagi kami memang sudah harus boarding jadi dia mau memastikan kami sudah siap agar diantarkan hingga ke depan pintu pesawat. Thanks ya buat bantuannya.
TEMPAT DUDUK KELAS EKONOMI
Ya, like I said before it has been a long time since our last traveling time by plane. Jadi lumayan shock juga ketika mengetahui, ternyata tempat duduknya lebih sempit daripada di kereta. Dan karena satu baris itu terdiri dari 3 tempat duduk, jadilah saya di tengah.
Kursi Ekonomi Garuda |
Ibu saya duduk di kursi paling pinggir, mungkin supaya gak ribet kalau dia ingin ke restroom. Karena saya yang menemani, maka saya duduknya di mana? DI TENGAH. Penumpang yang duduk di dekat jendela macam tahu saja saya kepingin duduk dekat jendela. Ia menawarkan saya untuk bertukar tempat duduk. Walau sangat berterima kasih tapi saya menolak, karena kalau tahu-tahu ibu saya ingin ke restroom, saya mesti melewati bapak ini dulu dong. Masa mau membuat repot orang lain? Jadilah saya duduk di tempat yang paling saya tidak suka sepanjang masa (lebay). Berujung saya yang malah ke restroom, untung tadi tidak menerima tawaran duduk di dekat jendela ya.
Petugas Garuda di bandara Kualanamu |
SAMPAI DI BANDARA KUALANAMU
Setelah perjalanan yang thanks God tanpa turbulence, akhirnya kami mendarat juga di bandara Kualanamu. Pramugari sebelumnya sudah menginformasikan agar kami turun belakangan. Jadi, saya pun memberitahu penumpang yang tadi menawarkan tempat duduknya kepada saya. Siapa tahu dia perlu transit ke penerbangan berikutnya. Eh, ternyata bener. Dia memang harus buru-buru turun karena mau lanjut transit. Jadilah dia pun permisi untuk melewati kami dan mengambil barang bawaannya dan turun terlebih dahulu. Setelah agak sepi, barulah kami keluar dari badan pesawat dan sudah ada petugas yang menunggu.
tiba di Kualanamu |
Karena kami memesan kursi roda sejak keberangkatan, jadi pihak Garuda pun sudah menyiapkan petugas dengan kursi roda untuk ibu saya di bandara Kualanamu. Ia tidak hanya membantu dengan membawakan dan mendorong kursi roda, tapi juga menunggu kami di luar restroom, karena ibu saya butuh ke kamar mandi. Ia pun mendampingi kami mengambil bagasi. Lalu membantu membuka plastic wrapping jadi kami bisa menggunakan kursi roda sendiri. Maka selesailah tugasnya untuk menemani kami, ibu saya pindah ke kursi roda pribadi dan kami bersiap menuju ke stasiun kereta.
Yang ini lanjut di postingan berikut:
Kuliner di Petisah Tengah Medan
Kuliner di jalan Multatuli Medan
Wah, makasih infonya. Sangat membantu terutama buat ngajak lansia yang mobilitasnya terbatas.
BalasHapusSenang kalau infonya bisa berguna. Semoga sih gak sampai perlu menggunakan kursi roda ya. Tapi jika perlu, maka sebaiknya diminta sebelum hari keberangkatan
HapusWoghh sekelas Garuda Indonesia ternyata CS-nya agak sulit dipahami yaa utk aturan kursi roda ini
BalasHapussayangnya biayaa wrapping ga bisa di reimburse ke GIA, ya mba? 🤓
tapiii asyik yaa bs ngetrip sama.ibunda
Ahahaha, biaya wrapping ya gak bisa minta ganti. Kan saya gak punya rekaman pembicaraan. Mereka pasti punya, tapi saat itu saya gak smp situ mikirnya :))) Yang penting dapat kursi roda aja
HapusSetidaknya 48 jam sebelum keberangkatan, hubungi maskapai penerbangan untuk memberitahu mereka bahwa kita akan membawa kursi roda.
BalasHapusKadang juga kita diminta informasi tentang jenis kursi roda, dimensi, dan sebagainya. Tinggal diinformasikan dengan tepat aja
JAngan ragu juga untuk minta bantuan saat naik pesawat.
Ah, noted deh. Ke depannya saya akan lebih benar-benar memastikan mengenai kursi roda baiknya bagaimana. Jadi tidak terulang lagi miskomunikasi seperti ini. Karena biar bagaimana pun, saya tetap lebih nyaman pakai kursi roda sendiri. Dan pastinya teteup minta bantuan petugas deh. Terima kasih masukannya
HapusSyukurlah ya Kak masih dapat makan di pesawat.
BalasHapusKalau CS miskomunikasi emang jadi gimana yaaa. Kesel tapi butuh juga bantuannya. Semoga kejadian ini enggak terulang lagi.
Iya, tapi mau bagaimana lagi deh... Next time mesti benar2 memastikan dulu ke CS agar gak kejadian lagi.
Hapusada biaya tambahan nya juga gak kak untuk peminjaman kursi roda dan petugas yang membantu selama naik turun pesawat??
BalasHapuswell noted ya mbaaa buat make sure permintaan kursi roda sebelum keberangkatan
Tidak ada biaya kok. Yang penting pesen kursi roda jangan dadakan. Untuk petugasnya, saya kurang tau apakah mereka sebenarnya boleh menerima tips atau tidak?
HapusAlhamdulillah, untuk pesawat pun sekarang sudah bisa melayani lansia dengan kursi roda yaa.
BalasHapusCuma sayang banget CS Garuda ga komunikatif, hingga akhirnya terjadi miskomunikasi. Semoga bisa diperbaiki lagi ke depannya
Bukan gak komunikatif, tapi sepertinya ada miskomunikasi. Karena saya yang butuh, ya mestinya saya yang lebih bawel bertanya. Untuk kedepannya kudu lebih cerewet lagi nanya ke mereka
HapusSayang sekali ya CS Garuda nya kurang komunikatif, hingga harus terjadi miskomunikasi. Tentu jadi sebuah masukan penting bagi penyedia maskapai dan seluruh kru untuk memahami SOP dan lainnya, sehingga meningkat pelayanannya.
BalasHapusBukan kurang komunikatif ya, saya juga gak paham salahnya di mana. Karena saya ingat CS yg saya hubungi, menegaskan kalau kursi roda sebaiknya sdh dikemas dr rumah. Mesti saya yg bawel bertanya2 sepertinya untuk perjalanan di lain waktu
HapusYg aku liat selama ini memang kursi roda bisa dibawa sampai ke depan entrance pesawat, dan selanjutnya akan dihandling oleh petugas , JD mirip Ama stroller bayi mba. Krn dulu aku biasa bawa stroller bayi juga
BalasHapusSyukurlah walo miscom, tp at least ast petugas di sana sigap yaa. Dan aku JD tahu wrapping koper udh naik JD 80k 🤣🤣. Udh niat mau wrapping pas ke Malaysia ntr . Bawa oleh2 banyak soalnya. Drpa kenapa2 kan
untuk wrapping pas dari Medan cuma 50K loh. Apa tergantung lokasi bandara ya? Nah, bayangkan sakit hatiku harus wrapping kursi roda, eh biayanya besar masuk bagasi yang gede juga . Kan kezel sayah.
HapusKl gitu nanti tanya2 Fanny deh soal kursi roda dan lain2nya :) Lupa akuh nanya2 dulu kek sama yg udah pengalaman :)