Pelestari OCTOPUS |
Saya harus mengakui kalau diri ini termasuk tipe hoarder. Hobi menyimpan barang dengan alasan kenang-kenangan, atau mungkin suatu hari nanti bisa dijual dengan harga yang oke. Pada kenyataannya, barang-barang tersebut hanya menumpuk terus hingga membuat kamar jadi sesak. Beberapa barang akhirnya saya jual ke pengumpul barang bekas, beberapa di antaranya ya saya buang begitu saja karena memang sudah benar-benar rusak. Lalu saya lihat sampah barang-barang elektronik, yang percaya atau tidak, masih saya simpan karena alasan sentimentil. Hadiah dari orangtua sih, jadi mau dibuang kok ya sayaaaang. Mau dijadikan uang, siaaapaaa yang masih mau beli hape-hape jadul yang bahkan baterainya sudah tidak ada?
Kemudian saya mulai dong mencari-cari informasi mengenai pembuangan sampah-sampah elektronik dan menemukan yang namanya OCTOPUS. SAYANGNYA, perlu saya informasikan, OCTOPUS saat ini tidak menerima sampah elektronik dulu hingga waktu yang belum bisa ditentukan. Tapi saya masih sempat menyetor sampah laptop dan handphone lama ke mereka. Lumayan loh dapat point yang bisa ditukar dengan pulsa ataupun voucher tempat makan (tergantung penawaran yang ada).
Tapi sebenarnya apa sih OCTOPUS itu?
Baca dari situsnya, Octopus adalah platform sirkular ekonomi yang pertama di Indonesia. Nah, sirkular ekonomi itu sendiri apaan sih?
SIRKULAR EKONOMI
Konsep sirkular ekonomi memandang bahwa seluruh siklus hidup produk harus dipertimbangkan, dari desain awal hingga akhir hidupnya. Tujuannya adalah untuk menciptakan sistem yang memungkinkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan tanpa merusak lingkungan atau menghabiskan sumber daya planet kita.
Sirkular ekonomi fokus pada prinsip-prinsip berikut:
Desain Ulang Produk
Produk dibuat dengan pertimbangan antara lain perbaikan yang mudah, pembaruan serta daur ulang agar siklus hidupnya lebih panjang.
Mengurangi Limbah
Penggunaan sumber daya yang maskimal dan meminimalkan pembuangan produk dengan mendaur ulang.
Model Bisnis yang Berkelanjutan
Mengadopsi model bisnis yang mendukung konsep sewa, berbagi, atau layanan berbasis produk sehingga produk tetap dalam sirkulasi selama mungkin.
Ekonomi Berbasis Biologi
Mendorong penggunaan bahan yang dapat diperbarui. Misalnya bahan yang mengandung serat alami atau bahan berbasis biologi, sehingga dapat kembali ke alam tanpa mencemari.
Mendaur Ulang Sumber Daya
Memastikan bahwa bahan-bahan yang tidak dapat diperbarui, seperti logam, dikelola dengan cara yang memungkinkan mereka untuk digunakan kembali tanpa kehilangan kualitas.
Jadi ada perbedaan dengan model ekonomi tradisional bersifat linear. Kita mengambil sumber daya, membuat produk, lalu membuangnya (ini sepertinya termasuk limbah dan sampahnya setelah barang itu tidak terpakai ya).
BAGAIMANA CARA OCTOPUSIN AJA?
Pastinya, install dulu apps-nya; tersedia di App Store dan Google Play. Saya pernah post thread ketika pertama kali mencoba setor sampah di sini. Ohya kalau mau install, jangan lupa menggunakan kode referal saya yah (VNLNDBT).
Ohya, sebelum akhirnya saya memilih menyetor sampah, ada beberapa apps yang sempat saya install selain Octopus. Tapi akhirnya saya tidak jadi menyetor sampah lewat mereka. Apps yang satu, saya yang harus mencari semacam post mereka, di dekat salah satu stasiun MRT. Males dong, masa bawa-bawa kantong berisi sampah? Mau menjaga lingkungan hidup tapi rasa malasnya gede juga.
Sementara yang satu lagi, mirip dengan OCTOPUS. TAPIII, perbedaan yang paling menentukan adalah, jika dengan OCTOPUS penjemputan sampah bisa dijadwalkan, sementara apps yang satu lagi: TIDAK BISA. Jadi, mereka yang akan menentukan kapan penjemputan sampah dilakukan. Sementara saya hanya punya waktu di akhir pekan. Jadilah, hingga saat ini hanya OCTOPUS yang saya gunakan.
Ada beberapa peraturan sebelum setor sampah ke OCTOPUS, yaitu harus dipisah-pisahkan dan jangan lupa, jika ada sampah berupa botol minuman atau bekas wadah makanan, harus dibersihkan dulu ya. Seorang pelestari (sebutan untuk petugas yang menjemput sampah di OCTOPUS) bercerita pada saya, kalau banyak orang mengira mereka bisa setor sampah yang benar-benar sampah. Seperti sisa makanan and so on.
Mengapa kita perlu memilah sampah? Itu akan dibahas nanti ya, sekarang mari kita lihat dulu penampakan apps-nya saat hendah menyetor sampah:
Karena saya tidak mau lagi ada penjemputan sampah dengan mobil kendaraan online, jadi saya tidak mau lagi setor sampah terlalu banyak. Yang kira-kira bisa dibawa oleh pengemudi motor saja.
PEMILAHAN SAMPAH
Eh, kembali lagi ke soal pemilahan sampah dan mengapa hal ini penting. Alasannya nih antara lain:
1. Mendukung Daur Ulang
Dengan memilah sampah, kita memudahkan proses daur ulang. Misalnya, kertas yang sudah dipilah akan akan langsung diolah jadi produk daur ulang tanpa perlu memisahkan dari jenis sampah lain.
2. Mengurangi Pencemaran
Sampah yang tidak dipilah ternyata bisa mencemari tanah, air, dan udara. Contohnya? Sampah elektronik yang mengandung bahan kimia berbahaya bisa mencemari tanah dan air jika dibuang bersama sampah lainnya.
3. Menghemat Sumber Daya Alam
Daur ulang bahan-bahan seperti plastik, kertas, dan logam dapat mengurangi kebutuhan akan sumber daya alam. Contoh nyata: dengan mendaur ulang kertas, kita turut membantu mengurangi penebangan pohon.
4. Mengurangi Volume Sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir)
Dengan mendaur ulang dan mengomposkan sebagian sampah, kita bisa mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA, sehingga memperpanjang masa pakai TPA tersebut.
5. Mengurangi Resiko Kesehatan
Sampah organik yang membusuk di TPA bisa menghasilkan gas metana, sebuah gas rumah kaca yang berpotensi menimbulkan ledakan. Jika sampah organik diolah terpisah, seperti melalui proses komposting, risiko ini bisa diminimalkan.
Nah, kalian sudah mulai belum mengelola sampah dengan bijak?
Sekarang memang semua serba modern dan menggunakan gadget nih ya, Kak. Jadi lebih memudahkan
BalasHapusIya, jadi gak ada alasan untuk bilang gak punya waktu utk milah2 sampah.
HapusTapi memang kalo yg jemput bukan orangnya mereka, agak nyebelin dramanya. Apalagi kalo pake taxol yg jemput. Ga mau bantu angkat lah, ga mau ini, ga mau itu. Aku kesel modelan orang gini. Mending dari octopusnya deh yg ambil sendiri
BalasHapusTapi setidaknya octopus ini ga nentuin minimal sampah ya mba. Waktu itu aku pernah mau buang sampah botol, eh dibatasin harus minimal 500kg 🤣🤣🤣🤣. Dikira rumahku Pulogebang sampahnya Ampe 500kg 🤣🤣🤣
ya buset, 500 kg? Ya kali kita bakal nimbun sampah sampai seberat itu... terus emang punya timbangan yang bisa nampung dengan berat segitu besar?
HapusDi Octopus ini, berat 0,5 kg udah bisa setor kok. Jadi, gak usah ragu2. Juga kita gak usah nunggu sampai buanyak banget, baru disetor. Terus yg jemput ogah bantu angkat sampah karena males...