Ada yang sudah nonton TINDER SWINDLER? Film dokumenter mengenai seorang pria yang mengaku anak dari pengusaha berlian yang sudah pasti kaya raya. Diperkirakan ia berhasil menipu banyak wanita di beberapa negara di Eropa, kurang lebih sekitar US $ 10 juta dari tahun 2017 hingga 2019. Yuk ah, bahas kisahnya.
Karena saya malas menggunakan namanya, maka mari kita sebut dia dengan Tinder Swindler.
1. DATING SITES
Seiring bertambahnya usia dan mungkin juga kesibukan dalam pekerjaan, biasanya semakin sedikit juga orang-orang dalam siklus pertemanan. Mungkin berpindah tempat, sibuk dengan pekerjaan atau sudah menikah terlebih dahulu.
Jadilah orang mencari teman baru yang mungkin nanti bisa terjalin hubungan yang lebih erat, serius dan kalau cocok untuk jadi teman hidup, kenapa tidak?
Selain mulai mengikuti banyak kegiatan seperti ikut group wisata, kuliner, melukis dan sederetan hobby lainnya, situs kencan online juga jadi pilihan banyak orang. Diantaranya ya TINDER.
2. PICKY PICKY
Sering ya kita denger kalimat berikut,"Jadi orang jangan suka kebanyakan pilah pilih, nanti gak dapat-dapat."
Lah, ya terbukti bahkan sudah memilih saja masih dapat yang ngaco. Mana kita tahu ada berapa banyak kasus penipuan berkedok asmara seperti ini di luaran sana?
Berhubung saya tidak pernah bergabung dengan situs Tinder, jadi saya kurang tahu apakah si Tinder Swindler ini daftar menjadi anggota berbayar. Eh, wait? BERBAYAR? Yes, sepintas saya lihat ada beberapa tipe keanggotaan: Tinder Plus, Tinder Premium dan Tinder Gold. Kalau tidak salah, ada juga layanan gratisnya. Teorinya, kalau kita sampai rela membayar sejumlah uang tertentu untuk keanggotaan, berarti mestinya ya serius dong mencari seseorang untuk hubungan yang serius juga.
Kebayang keselnya sama nyeselnya kalau kita ikutan dan sudah membayar keanggotaan dengan harapan gak ketemu orang yang gak beres, sudah pilih pilih, yah masih kejeblos juga.
Jadi, masih setuju dengan kalimat: JANGAN KEBANYAKAN PILIH-PILIH?
3. KETIKA PICKY PICKY
Saya tidak berani mengatakan ini tips untuk menghindar penipu, karena sudut pandang masing-masing orang berbeda.
Kalau melihat foto-foto yang dipamerkan oleh si Tinder Swindler ini, maka logikanya saya:
- Wah, orang ini kok pamer kekayaan banget... Apakah dia social media influencer? Karena kalau memang itu pekerjaannya, pantas saja SEMPET foto sana sini. Baik ketika sedang mengendarai mobil (Itu gak bahaya ya pak? Mas? Lagi mengemudikan kendaraan sempet-sempetnya selfie), atau di private jet, beli mobil mewah baru (udah bayar pajak atau belum?) apalagi pas dugem.
Walau eneg, tapi kalau memang sumber pendapatannya dari social media influencer, ya gak heran.
- Bukan social media influencer? Kok sempet-sempetnya foto sana sini, pamer sana sini? Bukannya mesti sibuk kerja? Heloow, pewaris sultan atau semacamnya, pasti ada kesibukannya dong. Ya kali sempet-sempet foto kegiatan hedonnya.
- Susah banget dapat jodoh kah si mas tajir bin melintir ini sampai harus ikutan Tinder?
4. SETELAH PICKY PICKY
First impression tidak selalu bagus dan menentukan, karena bisa ada banyak faktor. Tapi kesan pertama itulah yang akan mengirimkan sinyal-sinyal peringatan ke otak, jika memang ada yang tidak beres. Misalnya terlalu omong besar, terlalu pelit menceritakan tentang dirinya, terlalu berlebihan bercerita tentang diri sendiri atau malah sibuk menjelekkan mantannya. Semua yang serba berlebihan itu bisa jadi kode ada yang tidak beres pada orang ini.
Kalau dilihat dari film dokumenter ini, korban yang bernama Cecilie Schrøder Fjellhøy ini cepat terpukau pada kehidupan glamor si Tinder Swindler. Ke hotel mewah, diajak ke luar negeri dengan private jet. Semuanya diumbar dengan berlebihan, yang dianggap sebagai curahan kasih sayang dan perhatian.
TAPI, hanya dalam hubungan selama satu bulan itu, sang pria idaman ini tahu-tahu meminta pertolongan uang dengan berbagai macam alasan.
WAIT? WHAT? Nanti kita akan sampai ke topik ini.
5. THAT'S WHAT FRIENDS ARE FOR
Di awal Cecilie hendak berpergian dengan pria itu, ia menghubungi teman-temannya, yang tentu saja langsung heboh.
HAH? BARU KENAL SUDAH MAU PERGI BARENG?
Ada yang meminta untuk dikirimkan fotonya. INIII sebenarnyabisa digunakan untuk mencari informasi lebih tentang orang tersebut. Gunakan facial recognition dengan copy foto orang tersebut ke pencarian Google Images.
Ketika 11 dari 10 teman kalian mengatakan bahwa seseorang tidak baik untuk kalian, walau berat hati sebaiknya didengarkan ya. Saya gak jelas apakah teman-teman Cecilie ini diminta pendapat mengenai pria ini atau tidak.
6. MONEY MONEY MONEY
Di postingan saya beberapa waktu lalu mengenai akun Instagram yang kena hacked, teman-teman saya dihubungi dan diminta tolong untuk transfer sejumlah uang.
Uang itu masalah yang sensitif. Saya tidak akan meminjam uang kepada sembarangan orang, seberapapun kepepetnya saya. Dan kalau saya mau pinjam uang, pastinya tidak akan lewat akun media sosial.
Kalau ada yang meminjam sama saya, bagaimana? Tergantung banyak hal dong. Apa saya punya uang yang bisa dipinjamkan? Siapa dulu yang meminjam uang?
Saya mengerti mengapa Cecilie Schrøder Fjellhøy sampai mau mengusahakan meminjamkan uang, karena ia merasa pria ini bakal jadi suaminya. Ia sudah cinta setengah mati, jadi apapun akan diusahakan. TAPIII, ketika jumlah uang yang dipinjam sudah terlalu besar... , menggunakan kartu kredit pula, IS A BAD SIGN, right?
Kalau korban berikutnya: Pernilla Sjöholm yang saya antara mengerti dan enggak. Okay, mungkin dia merasa tidak enak karena sempat ditraktir ke tempat-tempat eksklusif. Masa sih, ketika teman butuh pertolongan, tidak diusahakan?
Tapi ketika kamu menolong orang dengan meminjamkan uang, dan nama kamu yang terdaftar di bank, apalagi pinjaman online... ITU SUDAH KODE KERAS...
Jadi si TINDER SWINDLER ini meminjam uang dengan alasan ia tidak bisa menggunakan kartu kreditnya karena masalah keamanan kepada cewek A. Uang dari cewek A, ia gunakan untuk berfoya-foya dengan cewek B. Lalu nantinya ia akan meminjam uang pada cewek B untuk berfoya-foya dengan cewek C dan begitu seterusnya.
Saya tidak punya tips untuk mengatasi penipuan semacam ini, karena yang dimainkan adalah perasaan para korban. Dan kalau orang-orang mengatakan makanya jangan materialistis, menurut saya tidak ada yang salah dengan perempuan ingin pendamping hidup mereka punya pekerjaan yang mapan. Apalagi kalau berlebihan penghasilannya. HELLLOW, jaman sekarang apa-apa mahal. Apalagi di masa pandemik seperti sekarang ini. Belum lagi kalau punya anak, kebutuhan anak butuh dana yang tidak sedikit.
7. USE YOUR LOGIC
Korban yang berhasil membalas adalah Ayleen Charlotte. Saya salut dia cepat bangkit dari rasa kaget bahwa orang yang ia kira the love of her life ternyata hanya pria penipu. Dia menggunakan akal sehatnya, menghubungi dua korban yang membagi cerita penipuan tersebut ke media untuk konfirmasi. Lalu ia membandingkan pesan-pesan yang dikirimkan sang pria dengan yang dikirimkan pada wanita lain. Semoga gombalannya sama, mengerikan membayangkan ia mengirimkan semuanya itu pada beberapa orang sekaligus.
Walau uang yang dipinjamkan Ayleen juga besar jumlahnya, ia membalas dengan menipu Tinder Swindler, bahwa ia akan membantu menjualkan baju-baju pria tersebut. Penipu tidak tahu diri itu hanya menggunakan baju-baju merk-merk mahal. Dan tentu saja hasil penjualan, tidak ia berikan pada Tinder Swindler.
Lalu apakah kita harus menghindari dari situs kencan online? Itu terserah masing-masing orang, karena mengutip kata-kata Cecilie Schrøder Fjellhøy: Tinder gak salah. Dan ia benar. Penipuan bisa terjadi di mana saja, kapan saja, bisa menimpa siapa saja. Tidak semua orang akan bersimpati, dan pastinya akan lebih banyak yang mengejek ketimbang membantu. Mereka menghadapi tidak satu orang tapi beberapa orang yang melakukan kegiatan penipuan ini dengan profesional. Saya malah kepikiran, yang tahu tentang penipu ini tidak hanya yang berperan sebagai bodyguard dan manajer bisnisnya. Jadi, kita sendiri yang harus waspada.
N.B.
Para korban (yang ketahuan) ini menghimpun dana lewat GO FUND ME karena mereka harus tetap mencicil hutang akibat memberikan pinjaman pada si Tinder Swindler.
Nah iye, pakai otak, use your commonsense,itu SOP ya hahahaaa.. Sayangnya kalo sdg kasmaran, orang (ga laki ga perempuan) seringkali mmg jadi lupa utk pakai otak. Di situ sih pinternya si penipu2 kayak gini ini, mrk bikin korban2nya klepek2 dulu, pas sdg cinta2nya kan emg org susah nolak, gampang percaya, naaah sikaaattt.
BalasHapusGw pernah beberapa kali ketemu model yg gini, bener kalo lo bilang logika harus jalan.. krn kl gw pribadi mikirnya, ketemu aja blm.. udh berani minta² transfer, yg udah ketemu aja kalo minta transfer ga' akan gw transfer, apalagi yg belum pernah ketemu.. Kudunya laki lah yg transfer ke pereu.. ����
BalasHapusBelum paham sama maksudnya film ini, jadi itu semacam aplikasi pencari jodoh gak sih? Aku juga beberapa kali menemui film yang hampir sama, barat juga. Ujungnya pas ketemuan tuh mereka gak nyangka ada yang cowoknya lebih tua padahal di aplikasi ngakunya muda dan seumurann sama si cewek. Ada lagi yang seumuran dan sama-sama sudah lansia, tapi aslinya si Bapak itu penjahat cuma mau ngambil hartanya si ibu. Tapi menarik juga film kayak gini.
BalasHapusAku juga tuh dilatih utk ga gampang percaya Ama orang mba. Nasabah biar kliatan kaya, bisa aja cuma kedok yg ternyata mau pakai bank utk tempat money laundering nya dia.
BalasHapusHal begituan aja radarku langsung alert , apalagi penipu gini, yg dari mata udah terlalu too good to be true 🤣🤣🤣. Ditambah minjem duit pulaaaaak. Helllooowww, siapa elu 🤣🤣. Kalo sampe ada cowo begini deketin aku, yg ada aku tendang langsung pas minjem duit. Udh pasti penipu itu 😅.
Jadi mau aku percepat nonton film ini. Udah masuk list sebenernya, tapi kemarin2 karena sedang nonton film lain, jadi aku masukin list dulu. Seru banget kayaknya 😁
Kalau dipikir-pikir bener juga sih, ya, sultan beneran mungkin malah ga sempat selfa-selfie kegiatannya. Paling lagi pertemuan apa gitu. Dan biasanya mereka malah menutup diri dari publikasi
BalasHapusBtw, aku belum nonton filmnya, tapi kok merasa serem juga sama jalan ceritanya