At CGV Pacific Place with TravelokaEats for Aruna dan Lidahnya |
Saya usahakan gak spoiler yah... Jadi saya gak akan cerita latar belakang cerita para tokoh. Hanya nama para pemeran utamanya yaitu sbb:
Aruna : Dian Sastro
Bono : Nicholas Saputra
Nadezhda : Hannah al Rashid
Farish : Oka Antara
Filmnya:
Berkisah tentang Aruna yang hobi makan dan bermaksud hendak wisata kuliner dengan temannya Bono seorang chef dan Nadezhda seorang penulis dan pengamat kuliner. Rencananya agak terganggu karena ia mendapat tugas menyelidiki flu burung. Dan dalam melakukan tugasnya ia disertai seorang dokter bernama Farish, yang pernah ditaksirnya.
Jadi sepanjang film diselingi dengan pekerjaan, berburu makanan, kecemburuan, salah paham, pertengkaran dan damai lalu makan lagi. Ya kurang lebih intinya begitulah.
Buat saya, dari mereka berempat yang paling keren aktingnya adalah Oka Antara. Well, hellowww...kalau mbak Laksmi aja bilang tokoh Farish ini bukan tokoh sentral, namun bisa hidup banget di film ini. Tidak seperti lainnya, Farish bukan pemburu kuliner. Buat dia, makan ya makan aja gak ada istimewanya. Dan ekspresi muka sama tubuhnya Oka ini keren banget. Kapan dia jadi orang yang minta ditabok dan kapan dia bikin yang nonton hahaha hihihi...
Yang lainnya? Oh, untuk akting jadi cewek tigapuluhan yang belum married, chef yang memang ahli di bidangnya dan juga sebagai sahabat yang setia dan supportive, penulis kuliner yang ahli dalam menebak apa yang disembunyikan sama orang lain, maka Dian Sastro, Nicholas Saputra dan Hannah al Rashid udah pas banget mainnya.
TAPI...as a foodie myself, mnrt gue pribadi mereka FAILED untuk membuat orang percaya kalau para karakter tersebut doyan makan. Gak ada binar-binar yang bikin saya yakin oh yeah, mereka juga hobi makan. Dan yang paling failed itu di bagian, makanan baru kena lidah dan mereka sudah hmmmmm... Persis seperti para pembawa acara kuliner di televisi.
Satu lagi, visualisasi makanannya menurut saya kurang bikin ngiler. Padahal makanan Indonesia itu ada banyak macam, belum bumbu-bumbunya yang bikin ngiler. Bukan masalah saya suka makanannya atau gak ya. Banyak film tentang kuliner yang memancing orang mencari tahu makanannya kayak apa sih aslinya dan pas dimakan...buyar semua fantasinya. Makanan sih enak gak enak soal selera masing-masing. Tapi visualisasinya kurang dapet kalau kata saya.
Itu film. Lalu bukunya? Woooh, ternyata ya memang beda. Bedanya?
Bedanya dari latar belakang cerita para tokoh yang tentu saja lebih lengkap di buku. Dan memang hanya Farish yang latar belakangnya gak banyak diceritakan. Di buku, Farish gak sejutek di film dan lebih ke tipe yang easy going, sama siapa aja makan di mana apa aja , hayo aja. Tentu ada saat-saat dia tengil, tapi lebih banyak dia go with the flow saja sama acara makan rombongannya Aruna.
Dan tentu saja di buku, lokasi penyelidikan flu burung lebih banyak. Sehingga Aruna bisa kemana-mana dan mencoba makanan di sana sini. Ada juga dibahas makanan yang mengandung babik, yang tentu saja di film gak ada. Kalau kamu nebak Bono yang pesan, ya betul banget :) Sambil baca novelnya, saya cocokin deh sama buku Aruna's Food Guide yang saya dapat pas nonton bareng TravelokaEats. Uoooh, banyaknya makanan Indonesia yah... Salah satu kekayaan bangsa kita yang mestinya lebih sering diekspos.
Sebelum saya spoiler, saya juga mau bilang, pembahasan di buku mengenai kehidupan mereka jauh lebih dalam. Pastinya endingnya berbeda super jauh pake banget dengan yang di film.
For the first time, saya gak keberatan perbedaan antara buku dan film. Dan buat saya, okelah... Jadi ingin tahu apakah akan ada film-film Indonesia bertema kuliner berikutnya?
Kok jd pgn beli bukunya aja yaaa :D. Secara kalo nonton film, bayangin disas hobi makan, juga ga cocok :D. Mungkin menunggu mulai diputar di tv aja :)
BalasHapus