"Mama mau melihat stasiun Kota sekarang kayak apa."
Sebenarya sudah lama mama meminta diajak ke Stasiun Kota, tapi saya yang terus mengulur waktu. Masalahnya? BANYAK...
Pertama adalah, dari area tempat tinggal orangtua saya sih deket banget sama stasiun KRL. Tapi...dari stasiun ini ke Stasiun Kota tidak bisa sekali jalan. Harus transit. Lah naik turun kereta saja buat orangtua saya sudah perjuangan pake banget. Ini naik turun terus naik lagi turun lagi...hadeuh...
Kedua adalah, seingat saya di stasiun Kota itu kurang ramah pada manula karena untuk turun dari gerbong keretanya ebuset...tinggi bener...
Tapi setelah lama menunda dan kebetulan ada tante saya yang ketagihan naik KRL (karena setiap kali dia naik pas lagi sepi sodara sodari seperjuangan KRL) akhirnya hari Minggu tanggal 31 Juli lalu jadilah kami pergi menuju ke stasiun Kota.
Saya sebenarnya deg-degan karena khawatir saldo di pre-paid tidak cukup but the show must go on. Dalam perjalanan kami transit di stasiun Jatinegara yang juga salah satu stasiun kereta api tua yang dibangun pada masa penjajahan Belanda.
Saldo tiga kartu pre-paid saya ternyata masih cukup tapi karena transit, gerbong kereta untuk wanita padat sekali. Untung saja ada petugas yang langsung meminta penumpang berdiri agar mama bisa duduk. Saya lalu berpikir, kok tumben sih akhir pekan ternyata ramai juga nih angkutan yang satu ini. Dan baru sadar kalau akhir bulan itu adalah anugerah bagi yang sudah gajian. Ya pantesan akhir pekan ramai begini, semua mendadak segar bugar ingin jalan-jalan...
Begitu sampai di stasiun Kota kekhawatiran saya terbukti dong... Tidak ada tangga tambahan tersedia agar mama saya bisa turun. Sampai akhirnya dua petugas keamanan membantu ibu saya turun. Sementara dia berusaha turun, para calon penumpang lain dengan tidak peduli langsung saja menerobos masuk.
"Kok ramai sekali ya? Terus kok gak sabaran banget sih mereka mau naik?" tanya mama setelah kami bertiga mengucapkan terima kasih pada petugas keamanan tersebut.
"Yah, maaa... Ini sih masih belum ada apa-apanya dibandingkan dengan hari kerja," saya mulai deh sok menerangkan sebagai penumpang harian busway yang kurang lebih menghadapi hal yang sama. "Mereka semua berebutan agar dapat tempat duduk terlebih dahulu."
Setelah shock melihat beringasnya penumpang, kami bertiga jadi laper dong... Halah, alasan. Dan karena kami turun di jalur 11, langsung deh kelihatan tempat makan Bakso Malang Oasis. Mama protes lagi, kok tempat-tempat makan yang dulu sudah tidak ada? Saya cuma bisa garuk-garuk kepala sambil mikir, dulu memangnya tempat makan apa yang ada di sini? Sejak saya sadar lingkungan alam sekitar kayaknya tempat makannya ya begitu-begitu saja.
Akhirnya kami makan di situ dan harus diakui baksonya enak sih seperti yang saya ulas di
.
Tapi service-nya enggak enak dan di dalam ruangan tersebut panasnya poll... Bikin gak betah lama-lama. Karena mama dan tante saya belum selesai makan, saya pun iseng keluar dari tempat makan (tapi belum keluar dari peron ya) dan melihat-lihat.
Akhirnya kami makan di situ dan harus diakui baksonya enak sih seperti yang saya ulas di
.
Tapi service-nya enggak enak dan di dalam ruangan tersebut panasnya poll... Bikin gak betah lama-lama. Karena mama dan tante saya belum selesai makan, saya pun iseng keluar dari tempat makan (tapi belum keluar dari peron ya) dan melihat-lihat.
Ternyata kamar kecil terletak di dua sisi stasiun ini, yaitu dekat jalur 1 dan jalur 12. Jalur 12 lebih ramai, mungkin karena dekat dengan dua tempat makan dan mini mart. Plus, ada mushola di sebelahnya. Sementara kamar kecil yang dekat jalur 1 lebih sepi. Kamar kecil di sini diapit mini mart dan ini dia ATM GALLERY. Tapi ketika hendak top up ternyata saya tidak membawa ATM. Hadeuh...
Setelah keluar dari peron, kami memilih mendamparkan diri di Starbucks. Adem-nya poll walau tentu harga minumannya poll juga... *usap peluh*.
Sempet ketemuan sama blogger keceh satu ini : Anggi Swastika , haaaa kalau sudah begini ketemuan dadakan jadi seru juga ^_^ Starbucks di stasiun Kota memang adem luar biasa, tapi sayangnya banyak nyamuk... *kalau mau nyaman kayaknya mesti pulang nih... heheheh*
Ketika hendak pulang dan mau naik kereta lagi, ternyata kartu pre-paid saya saldonya tidak cukup. Minimal saldo yang tersedia di kartu pre-paid adalah Rp. 11.000,- dan yang tersisa di kartu saya adalah.... Rp 10.500,-
JUDULNYA NYESEK.
Ujung-ujungnya kami pulang dengan....taksi... Saya sebenarnya tergoda mencoba naik bus pariwisata tapi mama sudah capek. Plus kecewa karena restoran yang ia bayangkan masih ada di stasiun Kota sudah tidak ada lagi. Saya sampai sekarang saja masih gagal ingat restoran apa yang dulu ada di stasiun Kota.
Bagi yang ingin melihat lebih banyak foto bisa mampir di album Steller Stories saya di sini.
sewaktu pertama kali ke stasiun kota saya masih SD, n terakhir kesitu di th 2016 ini waktu jalan2 ke kota tua, ternyata stasiun kota lumayan banyak perubahan :)
BalasHapussaya juga pertama kali ke sana pas masih SD jadi beneran berubah banget. Sempet beberapa kali ke sana tapi sekarang sudah jauh lebih baik...
Hapusstasiun kota stasiun penuh kenangan bagi saya hehe
BalasHapusBagus ya sebetulnya stasiun kota...
BalasHapusKebayang sejarahnya..
Pukpuk mama mb ri hihi
BalasHapusAku malh belom tengok lgi statiun kota dah kaya apa
Terakhir minggu ke sana cuma mentok liat kota tua xicixiixix
kayanya saya sekali2nya ke stasiun kota waktu itu pulang acara blogger jg diajak muter2 sama mba Astin Astanti mau ke sduimara ><
BalasHapus