Minggu, 20 Oktober 2024

KETIKA HARUS KE RUMAH SAKIT

DISCLAIMER: Postingan ini saya buat tidak untuk menjelek-jelekkan suatu instansi. Tapi saya buat berdasarkan pengalaman saya dan orangtua, untuk pengingat bagi diri sendiri agar tidak melakukan hal yang sama di kemudian hari. 


Jadi, pada tanggal 10 Oktober 2024, ibu saya mengalami kondisi pusing dan muntah-muntah. Awalnya beliau tidak mau saya ajak ke dokter dan berkeras kalau dia hanya flu. Tapi, akhirnya saya meminta bantuan tetangga untuk membawa ibu saya ke IGD. Sesampainya di sana, ibu saya langsung ditangani. Walaupun ada rekam medis di sana, namun keluarga pasien akan tetap ditanyakan mengenai riwayat kesehatannya. Ada penyakit apa, minum obat rutinnya apa saja, sejak kapan mulai sakit dan muntah-muntahnya berapa kali?

Selagi menunggu hasil tindakan (antara lain pengambilan darah untuk dicek di laboratorium), dokter jaga menyampaikan kalau tensi ibu saya tinggi. Beliau tidak bisa dirawat inap di kamar biasa melainkan harus di ICU. Namun, tidak tersedia ruangan ICU alias penuh. 

Alternatif:

Dirujuk ke rumah sakit lain; karena menggunakan BPJS maka tidak bisa memilih mau di rumah sakit yang mana.

Tetap bisa menggunakan BPJS ke rumah sakit yang lain yang dipilih keluarga pasien; namun harus tanda tangan surat pernyataan di atas materai kalau keluarga yang memilih tindakan tersebut.


SURAT PERNYATAAN DI ATAS MATERAI

Saya maunya sih di rumah sakit yang pertama ini, karena ada rekam medis ibu saya. Kalau dirujuk ke rumah sakit lain, yang sudah tidak tahu lokasinya ada di mana, mereka kan tidak mengetahui riwayat kesehatan ibu saya. Walaupun nanti hasil cek di lab dan ada pengantar yang diberikan dari rumah sakit yang sekarang, tapi ada kekhawatiran dari saya. Jadi saya putuskan untuk tanda tangan surat pernyataan tersebut secepatnya agar ibu bisa saya bawa ke rumah sakit lain.

Ketika hendak mengisi kolom  alasan, saya pake tanya dong: saya isi dengan alasan ICU penuh? Alasan tersebut tidak diperkenankan oleh si perawat. Daripada kelamaan, saya ikuti keinginan mereka, tanpa banyak berpikir, tanda tangan dan memanggil taksi Blue Bird. Saya menanyakan apakah bisa diantar dengan ambulance? Mereka menyatakan tidak bisa, karena saya memutuskan untuk memilih rumah sakit yang lain dan bukan mengikuti rumah sakit rujukan. 

Sesampainya di rumah sakit kedua; yang juga punya rekam medis ibu saya; surat pernyataan tadi saya berikan kepada perawat yang bertugas dan langsung kena kuliah keras. Saya dikatakan kalau begini justru bisa membahayakan nyawa ibu saya. Bengong dong saya dan jadi was-was, apakah tindakan tadi justru jadi bumerang buat kami?

Belakangan baru saya baca dong surat pernyataan tersebut dan ternyata ada kalimat demikian:

Menyatakan bahwa saya dan keluarga pasien berkeinginan KERAS (keras dari mana?) untuk pulang SEBELUM WAKTU yang ditentukan oleh ..... setelah menerima informasi resiko dan komplikasi yang akan timbul akibat tindakan ini ....

Tanpa bermaksud menyalahkan siapa-siapa, saya YAKIN banget kalau dokter jaga sama sekali tidak menginformasikan kemungkinan yang akan terjadi jika saya memindahkan ke rumah sakit lain. Setelah membaca ulang, baru saya sadar mengapa petugas di  rumah sakit yang berikutnya jadi marah besar. Tindakan saya memang bisa membahayakan ibu yang saat itu tensinya tinggi banget. Bagaimana kalau ada apa-apa sepanjang perjalanan dari rumah sakit yang pertama menuju yang kedua? Nanti, bisa-bisa saya malah menyalahkan pihak-pihak di rumah sakit kedua jika (amit-amit) kondisi ibu menurun. 


KONDISI BERBEDA

Tentunya kondisi dan situasi yang dialami kita semua ketika menggunakan BPJS maupun bayar sendiri atau dengan asuransi kesehatan akan berbeda. Tergantung rumah sakit dan kondisi si pasien sendiri. Saya sendiri tidak punya tips harus bagaimana kalau berada dalam situasi yang saya alami. Masalahnya, ya bagaimana dong, jika pakai BPJS maka saya harus mengikuti rujukan dari rumah sakit pertama. Saya tidak tahu akan ditempatkan di rumah sakit di sebelah mananya Jakarta. Kalau lokasi terlalu jauh dari rumah, akan menyulitkan kami juga sebagai keluarga pasien. 

Mungkin yang perlu kita ingat adalah tentang rumah sakit itu sendiri. Apakah rumah sakitnya besar atau tidak? Karena rumah sakit yang tidak terlalu besar ya bisa jadi ruangan ICU pun juga tidak bisa menampung terlalu banyak. Untuk jadi tujuan mendapatkan pertolongan pertama secepatnya, bisa-bisa saja. Tapi ketika akan rawat inap, bisa jadi masalah ketika mereka tidak punya ruangan yang dibutuhkan pasien. 

Jika (sekali lagi, amit-amit sih) ibu saya nantinya mengalami kejadian seperti kemarin, sepertinya saya akan langsung membawa ke rumah sakit kedua. Pertama, rekam medisnya juga sudah ada di sana dan lebih besar sehingga sepertinya kecil kemungkinan tidak ada ruang perawatan ICU. 

Puji Tuhan, ketika tulisan ini saya buat, ibu saya telah pulang dari rumah sakit dan dalam proses pemulihan kesehatannya.  

Postingan ini juga saya tujukan sama pengemudi taksi Blue Bird yang sudah berkenan kami repotkan dalam perjalanan menuju ke rumah sakit yang kedua. Terima kasih banget sama bapak driver yang sudah sabar banget menunggu kami sebelum akhirnya berangkat ke rumah sakit. Semoga bapak selalu dikaruniai kesehatan dan rejeki ya, amin.

Kenapa saya pilih Blue Bird? Karena awalnya taxol lain yang saya pilih membatalkan membawa kami. Mungkin dia curiga penumpangnya lebih dari 3 orang, padahal kami ya memang hanya bertiga. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thank you for reading and comments.
Comments will be screened first.